#HAL Typefaces
Explore tagged Tumblr posts
happywebdesign · 1 year ago
Text
Tumblr media
HAL Typefaces
6 notes · View notes
blackfire5561 · 7 years ago
Photo
Tumblr media
For some reason I only draw these dumb comics at 1AM, someone stop me
Dialogue is inspired by another one of the great @dailygreenlantern posts
1K notes · View notes
starrybeach · 2 years ago
Text
i haven’t introspected or really talked about myself on here so i answered this favorites questionnaire. read if you want
@ringtailes​ @virgeauxsun​ @weepingvines​
yall can do it if u want u dont gotta tag anybody idc fjeiofewjfo
1. Favorite candy? dark chocolate
2. Favorite song? ptolemaea by ethel cain
3. Favorite food? sushi or a decent caesar salad
4. Favorite drink? an iced caramel macchiato, or apple sparkling water
5. Favorite band? Artist? fleetwood mac or ethel cain
6. Favorite movie? scream
7. Favorite book?
the bell jar by sylvia plath
8. Favorite restaurant? chick fil a. love homophobic chicken
9. Favorite person? myself
10. Favorite hair color? Eye color? black hair and green eyes
11. Favorite website? bulbapedia
12. Favorite board game? Video game? clue and silent hill 2
13. Favorite sport to play? To watch? i don't. iceskating
14. Favorite school subject? literature 15. Favorite state? City? new orleans, louisiana
16. Favorite number? letter? 7, A
17. Favorite animal? bears
18. Favorite TV show? reba
19. Favorite quote? "who can face the sea and not inherit its loneliness?", olin ivory
20. Favorite nickname? honey
21. Favorite store? target
22. Favorite color? pink
23. Favorite article of clothing? i like a good turtleneck sweater
24. Favorite type of perfume or cologne? chanel no 5
25. Favorite memory from this year? all of the times my cat has curled up next to me to sleep.
26. Favorite age? these are ridiculous questions. 45.
27. Favorite trait? a homogenous one
28. Favorite music video? what???
29. Favorite time of day? midnight
30. Favorite Tumblr? my own, of course
31. Favorite phone brand? apple
32. Favorite shoe brand? louboutin
33. Favorite fashion style? i wonder what op would answer this question with. "goth"? the avant garde victorian style looks of dior fall/winter 2007 haute couture
34. Favorite pattern? the one i'm noticing in these questions.
35. Favorite gift? the gift of foresight
36. Favorite humor? blood
37. Favorite chip brand? Flavor? kettle brand salt and vinegar peak
38. Favorite band to see live? i'm poor
39. Favorite teacher im an adult
40. Favorite celebrity? im an adult
41. Favorite news station? WHAT
42. Favorite DIY? my mother birthing me
43. Favorite instrument? cello
44. Favorite genre of music? deathcore
45. Favorite season? autumn
46. Favorite experience? level 35 dark grass audino OHKO on lucky egg
47. Favorite shirt? a slightly unbuttoned men's button up, navy blue, sleeves folded at the elbow
48. Favorite bottoms?
myself
49. Favorite interpretation of love? a tongue on my clit and fingers buried in my cunt
50. Favorite existential thought? we create god through our praying to him and the moment we stop, he ceases to exist.
51. Favorite scent? gasoline
52. Favorite human interaction?
prayer.
53. Favorite music genre? didn't you ask me this already
54. Favorite compliment? "you are the most interesting person i've ever met"
55. Favorite insult? "if i were you i would have killed myself a long time ago"
56. Favorite phone app? NOT wordscapes thats for sure
57. Favorite type of phone? my own
58. Favorite reading position? doggy style
59. Favorite sex position? i made that joke too soon. also doggy style
60. Favorite pair of shoes? love thy neighbor
61. Favorite animal? i know for certain you asked me this already. i love my cat
62. Favorite body feature (on yourself)? YESSS a good question. my tits
63. Favorite body feature (on others)? that cock
64. Favorite YouTube video? lasagna cat
65. Favorite YouTuber? i bet you'd like it if i said jerma wouldn't you
66. Favorite meme? is anyone even reading this
67. Favorite Tumblr post? the one i'm making as we speak
68. Favorite typeface? monospaced
69. Favorite selfie? absolutely not
70. Favorite holiday? valentine's day
71. Favorite computer brand? hal
72. Favorite lyrics? "Playing in the swamp of alligator blood Behind our house in the marshy lawn He'd always hold my head Under the water a little too long 'Cause he wanted me to be all guts, no glory "All survivor, no guilt," he said But he calls me his crocodile tears While I'm chained up to the bed"
73. Favorite moment? this one.
74. Favorite advice? my mother once told me to never bluff with a gun.
75. Favorite message you’ve ever received? purity is what you make of it. god loves you all the same.
76. Favorite message you’ve ever sent? i love you more than anything.
77. Favorite outfit? nothing at all.
78. Favorite aesthetic? menhera
79. Favorite musical instrument? hmm
80. Favorite car brand? ha
81. Favorite fandom? ew
82. Favorite emoji? ✨
83. Favorite hobby? poetry
84. Favorite TV show character? jughead riverdaleF JFWEIOJFWEIOFJ
85. Favorite book character? jughead riverdale
86. Favorite movie that’s coming out? how do i know if i like it if it hasn't come out yet
87. Favorite designer brand? versace
88. Favorite dessert? tiramisu
89. Favorite kink? not on main
90. Favorite dance move? raise the dead
91. Favorite diet? cocaine addiction
92. Favorite rap verse? does anyone actually answer these
93. Favorite drug? see question 91
94. Favorite country? City? lebanon
95. Favorite feeling? being choked while i cum
96. Favorite picture on the Internet?
Tumblr media
97. Favorite phone and/or computer background? i like a good calendar
98. Favorite weather? overcast snowy
99. Favorite mode of transportation? boat
100. Favorite console? wii was superior
3 notes · View notes
dinamakan · 4 years ago
Text
Georgia (2020)
Karya seni dengan pesan yang powerful selalu menarik perhatian saya dan film pendek Georgia (2020) adalah salah satunya. Film buatan Jayil Pak ini terinspirasi dari kisah nyata, yaitu ‘Miryang gang rape’, kasus 44 siswa yang memperkosa sejumlah siswi di Miryang, Korea Selatan pada tahun 2004 selama setahun. ‘Georgia’ mengangkat kisah satu siswi (Jina) yang menjadi korban hingga meninggal dunia, dan membingkainya dalam momen ketika kedua orangtuanya berjuang agar kasus ini diinvestigasi kembali di ranah hukum.
Dalam 30 menit, penonton dibawa ke momen-momen pahit— tentang kedua orangtua yang tidak sehat baik secara fisik maupun finansial, ibu yang secara terbata-bata memaksa untuk pasang banner (sebagai bentuk demo) dengan typeface Georgia, konflik-konflik paling intens selama di kantor polisi, hingga adegan di akhir film. Dari adegan di kantor polisi hingga film ini selesai, perasaan penonton dibuat hancur lebur dengan segala konflik yang diderita sang ayah. 
Bagian favorit saya adalah alasan mengapa film ini berjudul ‘Georgia’. Jayil Pak mengatakan bahwa selama masih hidup, Jina merancang agar huruf Hangeul bisa terlihat seperti typeface Georgia, namun belum selesai. Ketika sang ibu memaksa agar banner demonya dirancang dengan typeface Georgia, hasilnya adalah “□□□□” karena aslinya memang font Latin ini tidak dirancang untuk Hangeul. Kotak-kotak tersebut menunjukkan ada batasan dalam komunikasi, sehingga menjadi simbol utama bahwa kemarahan kedua orang tua ini tidak mampu disampaikan secara verbal. Kekosongan pada kotak-kotak itu bisa punya pesan yang lebih berarti daripada kata-kata yang ada. ‘Georgia’ hanya berdurasi 30 menit tapi makna yang ada lebih panjang dari apa yang saya tulis.
Selain di JAFF 2021, ‘Georgia’ tayang lagi secara khusus di Indonesia selama sehari penuh mengingat kasus kekerasan di Indonesia yang semakin banyak terungkap di kanal berita. Tonton di tautan ini, masih tayang sampai 12 Desember 2021 pukul 15.00 WIB. Kalau terlewat, semoga seluruh orang yang membaca ini bisa punya kesempatan untuk menonton ‘Georgia’ di lain tempat dan waktu.
P.S.: Tonton ‘YUNI’ juga selagi masih ada di bioskop. 💜
P.P.S:
[14 Desember 2021]
Seluruh keadaan yang terjadi di hari-hari ke belakang terkait ‘Georgia’ di Indonesia benar-benar hangat. Film pendek ini sempat hadir di JAFF 2021 dan kita semua tahu kesempatan untuk menonton langsung di lokasi acara tidaklah besar. Ayu (@mineurbaes) menulis thread rekomendasi film tersebut dan berhasil menarik perhatian banyak orang (terakhir saya tahu, utas tersebut sudah tembus lebih dari 30.000 likes). Entah bagaimana prosesnya, Ayu sempat mengobrol dengan Jayil Pak (si penulis dan sutradara) dan akhirnya pembuat film ini mau menayangkan ‘Georgia’ di Indonesia secara gratis via YouTube mengingat jumlah kasus kekerasan yang tinggi di sini. Bahkan di hari penayangan, Ayu dan Jayil Pak mengadakan sesi Q&A di Space.
Sesi Q&A di malam kemarin berhasil membuat saya takjub, terdiam sekian menit, mengingat kembali tiap adegan dan detail yang ada di ‘Georgia’, kaget, dan masih banyak perasaan lain yang dialami dalam 3 jam. Jayil bercerita banyak tentang detail-detail yang ada; tentang kaitan Georgia sebagai nama typeface dan negara bagian, serta korelasi warna bendera Georgia yang serupa dengan Korea Selatan, tentang arti dari penggunaan warna kuning di adegan-adegan tertentu, bahkan sekecil warna payung yang dipakai, angka 18 (jumlah pelaku) di sebuah poster, dan masih banyak lagi. Satu hal yang sangat saya apresiasi dari Jayil adalah, ia mereduksi jumlah pelaku kekerasan di film ini, dari 44 orang ke 18 orang, dan adegan-adegan yang diberikan tidak triggering dalam konteks kekerasan seksual supaya penonton tidak kaget dan traumatik, namun tetap paham akan pesan yang dibawa. Tidak lupa juga di awal sesi Q&A, ia bilang penayangan bebas ini ada konsekuensinya; kemungkinan sejumlah festival yang masih on-going akan membatalkannya sebagai peserta. Tapi bagi dia, apalah arti festival dibanding kondisi terkini yang darurat akan kekerasan seksual dan ketimpangan hukum. Jayil Pak terlalu baik, terlalu bijak dan terlalu... jenius.
Saya sempat menitip pertanyaan ke Ayu, yaitu tentang bagaimana Jayil Pak melakukan riset dan membangun empati yang tinggi sebagai laki-laki dalam menulis film ‘Georgia’ karena umumnya kekerasan seperti ini terjadi pada perempuan, dan penulis film bertema serupa pun juga biasanya perempuan. Jawaban Jayil membuat saya hening sesaat tapi tidak akan saya tulis di sini. Ayu meminta saya untuk merespon jawaban tersebut, dan di momen itu lah saya mencoba respon dengan tenang, mengubur dalam-dalam rasa panik dan grogi. Di akhir diskusi saya dengan Jayil, ia bilang bahwa pertanyaan tersebut patut dilayangkan ke sineas laki-laki lainnya supaya mampu meredam male-gaze di film bertopik serupa.
Kemarin malam, ‘Georgia’ menang di Cambridge Film Festival 2021 dan berencana akan mengirim sertifikatnya ke Ayu (@mineurbaes) sebagai bentuk apresiasi agar bisa dirayakan oleh penonton-penonton di Indonesia. Dini hari ini, saya kembali melihat tautan penayangan Georgia. Film itu masih ada di sana dan saya tonton kembali, padahal harusnya sudah diturunkan dari kemarin lusa jam 3 sore. Jayil Pak bilang ia akan benar-benar menutup aksesnya di pagi buta nanti ketika semua orang terlelap.
Sweet soul.
3 notes · View notes
darunurdianna-blog · 6 years ago
Text
MEMAKNAI SIMBOL DAN SIMBOL YANG BERMAKNA
Akhir-akhir ini, ada sebuah 'kegaduhan' perihal makna dari simbol tertentu yang digunakan seorang designer dan di interpretasikan ke ideologi tertentu oleh kalangan masyarakat tertentu. Hal ini sedikit mengusik saya. Sampailah akhirnya saya ingin juga sharing dengan tulisan ini.
Sebagai designer grafis freelance kelas teri, saya akan sharing perihal persoalan simbol-simbol ini. Dengan pendekatan dari sebuah ilmu yang pernah saya coba pelajari, yakni ilmu mendesain sebuah logo, semiotika dan membuat branding.
Tumblr media
Sebelumnya saya tegaskan lagi dulu bahwa logo, brand identity dan brand adalah suatu hal yang berbeda hlo ya. Logo atau yang biasa disebut juga simbol, adalah identitas yang tampak sebagai salah satu bagian dari konstruksi brand (Brand Identity). Tepatnya sebagai elemen visual.
"Brand Identity is tangible and appeals to the senses. You can see it touch it, hear it, watch it move; fuels recognition, amplifies differentation, and make big ideas and meaning accessible; takes disparate element and unifies them into whole system". (Alina Wheeler, Designing Brand Identity, (New Jersey: John Wiley & Sons, Inc, 2013), 4.
Adapun brand, ia adalah semua hal tentang sebuah produk, lembaga, atau kelompok itu. Ibarat manusia tadi, ia mencakup penampilan visualnya tadi, lalu pemikirannya, kecerdasan, akhlak, sikap, cara berbicara, integritasnya dan lain sebagainya. Atau, sederhananya brand adalah penilaian (citra) yang diberikan dari orang lain terhadap diri kita.
Surianto Rustam, dalam bukunya yang berjudul 'Logo', mengatakan bahwa jika ibarat manusia, logo adalah wajahnya. Lalu, brand identity adalah hierarki yang lebih luas dari simbol, namun masih dalam elemen visual dan audiovisual. Ia mencakup logo, warna, typeface, layout, packaging, jingle dan aspek empiris lain sebagainya. Kalau ibarat manusia, ya jaketnya, seragamnya, potongan rambutnya, outfitnya dan lain semacamnya.
Tumblr media
Maka dapat ditarik kesimpulan yang sederhana, bahwa simbol atau logo adalah salah satu tanda visual utama yang sengaja diberikan makna atau nilai tertentu sebagai identitas visual sebuah brand. Ia adalah sesuatu yang empiris. Jadi, sesuatu yang bisa dilihat, didengar ataupun disentuh dimana akan membuat kita bisa mengenali sebuah kelompok, produk, organisasi, pemikiran, aliran, atau sebuah perusahaan tertentu dari pengalaman beinteraksi dengannya.
Jadi itu mukadimah yang perlu kita pahami dulu. Lalu, apa pentingnya identitas itu? Karena bangunan identitas itu sangat penting untuk mengenalkan, menguatkan, menyebarkan sebuah produk atau layanan atau organisasi dan atau ideologi tertentu. Jika kita fokus pada ideologi dan sebuah pengikut tertentu, logo dan simbol-simbol merupakan salah satu elemen identitas yang sudah digunakan sejak zaman dulu dari berbagai peradaban manusia di muka bumi. Dari Timur sampai Barat. Selatan sampai Utara. Nah, salah satunya adalah paham iluminati yang khas dengan segitiga dan mata satu itu. Ada juga zionis bintang david, salib, bulan bintang, simbol nazi, freemason, yin-yang dan lain-lain masih banyak lagi.
Tumpang Tindih dan Rebutan Pemaknaan Identitas Visual
Simbol-simbol sebagai perwakilan brand tertentu ini akan menjadi merepotkan jika ada akuisisi pemaknaan simbol-simbol tertentu yang sama dari berbeda pemikiran. Contoh akhir-akhir ini yang juga marak, adalah gerakan LGBT misal, yang membuat identitas visual mereka dengan warna pelangi.
Visual asli dari alam yang bermakna umum digeser atau ditindih dengan pemaknaan simbol. Disini mereka memakai sesuatu yang sebelumnya umum ada di alam. Yaitu, pelangi. Gara-gara kaum LGBT ini, kita jadi repot kalau mau membuat desain yang full color ala pelangi, bisa-bisa kena penilaian bahwa desainernya mendukung LGBT. Padahal dalam relung hati yang paling dalamnya si doi desainer sama sekali tidak ada rasa pro LGBT.
Kemudian, secara pribadi, hal-hal seperti ini merepotkan. Sebagai designer yang anti LGBT dan Iluminati, kami biasanya memilih menghindarinya. Hal ini karena gak mau repot ngurusin orang lain yang misinterpretasi dan mengira kami adalah orang-orang yang pro paham-paham itu. Atau dikira sebagai pasukan khusus iluminati yang sedang menyamar dan melakukan konspirasi secara diam-diam, terstruktur dan masif. Ealah, imajinasinya itu hlo, duh. Hal demikian bisa terjadi kan. Karena zaman sekarang banyak orang yang mudah menilai dan pandai berkomentar di kehidupan media sosial ini. Rasa-rasanya mengurusi orang yang minim analisis dan emosional serta sembrono itu sangat merepotkan. Serba salah paham. Nambah-nambahin kerjaan dan beban pikiran.
Kemudian, di sisi penting lainnya, simbol itu pada intinya digunakan juga sebagai pembeda. Ini nih, merepotkan ketika ada sebuah tumpang tindih pemaknaan pada bangun-bangun yang sederhana seperti segitiga, lingkaran, bintang dan lain-lain yang sifatnya ada di alam dan universal. Ia sengaja dicipta agar jadi pembeda dengan yang lain, tapi pemaknaanya tumpang tindih dengan simbol yang sama dari pemikiran yang berbeda. Mereptkan bukan?
Pun, kaidah dasar membuat desain yang baik adalah memiliki ide dan pesan yang jelas yang tidak memiliki unsur ambigu dan interpretasi yang beragam. Kayak nulis. Kalimat yang baik adalah kalimat yang memiliki ide yang jelas, tidak ada ambiguitas, dan tidak memiliki unsur yang membuat beragam interpretasi.
Juga desain yang baik adalah bagaimana desain itu bekerja. Jadi tidak hanya sekedar apakah enak dilihat saja. Steve Job pernah mengatakan, sebuah quote yang begitu terkenal:
"Most people make the mistake of thinking design is what it looks like. People think it’s this veneer – that the designers are handed this box and told, “Make it look good!” That’s not what we think design is. It’s not just what it looks like and feels like. Design is how it works."
Maka, menghindari simbol-simbol yang telah termakani kelompok tertentu itu adalah pilihan yang kami anggap paling aman. Agar pesan kami melalui desain visual itu tersampaikan dengan baik, bukan malah er-we-te... alias ruwet bro.
Empan Papan
Yah, jadi disini sebaiknya kita mengindari terjadinya tumpang tindih dan perebutan pemaknaan terhadap shapes atau bangun-bangun tertentu itu, yang dijadikan simbol bersemayamnya sebuah ideologi. Catatan penting bagi designer. Kita tidak bisa memaksakan apa yang ada di alam pikir kita, dengan alam pikir masyarakat luas. Kudu 'empan papan' kalau kata orang jawa. Pandai menempatkan diri. Pandai dalam menempatkan sebuah karya pada tempat yang tepat. Agar tidak timbul misinterpretasi.
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sudah memberi petunjuk pada kita, bahwa:
من تشبه بقوم فهو منهم
“Orang yang menyerupai suatu kaum, ia bagian dari kaum tersebut” (HR. Abu Daud: 4031, di hasankan oleh Ibnu Hajar di Fathul Bari: 10/282, di shahihkan oleh Ahmad Syakir di ‘Umdatut Tafsir: 1/152).
Maka, menyerupai disini termasuk menyerupai juga dalam konsep brand identity yang dimana ia bersifat dzahir atau empiris (bisa dilihat). Termasuk simbol yang kita bahas diawal tadi. Jadi, Rasulullah sudah memperingatkan untuk hati-hati jangan menyerupai. Kalau nekat menyerupai, maka nanti kamu dianggap bagian dari mereka.
Kita diajarkan oleh Rasulullah untuk ’empan papan’. Memperhatikan tradisi atau ‘urf’ masyarakat. Termasuk masalah desain masjid. Urusan mendesain masjid hukum asalnya boleh. Namun jika menjadi sebab salah paham atau fitnah, maka ia menurut ahli fikih, hukumnya dapat berubah. Menjadi perkara yang dilarang atau makruh tergantung berat tidaknya resiko yang akan muncul.
Hal ini bersesuaian dari nasehat para Ulama:
لاَ يَنْبَغِيْ الخُرُوْجُ مِنْ عَادَةِ النَّاسِ
“Tidak seyogyanya untuk keluar dari adat manusia setempat.” (Imam Ibnu Aqil Al-Hambali)
لُبْسُ ال��َلْبِسَةِ الَّتِي تُخَالِفُ عَادَاتِ النَّاسِ مَكْرُوهٌ لِمَا فِيهِ مِنْ شُهْرَةٍ، أَيْ مَا يَشْتَهِرُ بِهِ عِنْدَ النَّاسِ وَيُشَارُ إِلَيْهِ بِالأْصَابِعِ، لِئَلاَّ يَكُونَ ذَلِكَ سَبَبًا إِلَى حَمْلِهِمْ عَلَى غِيبَتِهِ، فَيُشَارِكَهُمْ فِي إِثْمِ الْغِيبَةِ.
“Memakai berbagai pakaian yang menyelisihi adat manusia (di tempat seorang tinggal), hukumnya makruh (dibenci), karena di dalamnya terdapat syuhrah(tampil beda/ketenaran), artinya tampil benda/kelihatan menyolok di sisi manusia dan jari-jari (manusia) akan mengisyaratkan kepadanya (menunjuknya). Hal itu agar tidak menjadi sebab yang akan membawa mereka untuk mengunjingnya, lalu dia berserikat dengan mereka dalam dosa mengunjing.” (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, 6/136)
Pembeda yang Menjadi Senjata Ampuh dalam Perang Ideologi
Tak kalah penting juga perihal rebutan pemaknaan itu, bisa jadi penguat dirinya atau malah dijadikan senjata menyerang yang mematikan oleh musuhnya. Contohnya agenda pemutarbalikkan stigma radikal-teroris dan kaum muslimin. Alatnya adalah identitas yang melekat dalam bentuk penampilan. Jadi, ada agenda stigmatisasi radikal dan teroris yang dilekatkan dengan penampilan seorang muslim yang mengikuti Sunnah. Tentu ini tidak adil dan beradab.
Muslim yang mengikuti Sunnah Nabi, adalah muslim yang baik.Merupakan orang yang cinta Agamanya dan cinta Rasulullah S.A.W. Karena Muhammad S.A.W adalah manusia terbaik akhlaknya. Jauh dari sifat-sifat tercela, apalaigi jadi teroris. Namun, dengan alasan ditemukan beberapa segelintir teroris yang jenggotan, malah berkembang bahwa semua yang jenggotan diwaspadai radikal.
Jenggotan islam radikali? Hmm, apakah semua yang jenggotan seperti itu? Apa cuma orang muslim saja yang suka memelihara jenggot? Tuh Karl Marx yang atheis jenggotnya sangat lebat juga. Pemikirannya radikal hlo, tokoh revolusioner garis keras sosial-ekonomi Barat yang sangat anti kapitalisme. Menghalalkan revolusi dalam bentuk perebutan kekuasaan. Juga, Marx menulis buku yang berpengaruh sampai sekarang yakni 'Manifesto Komunis' bersama kawannya yang jonggotnya tak kalah lebat juga, yakni Friedrich Engels. Mereka jenggotnya lebat-lebat, tapi kenapa ya sensinya cuma sama muslim yang jenggotan?
Demikian yang terjadi. Brand identity penampilan sunnah itu kini telah berhasil secara efektif dimanfaatkan oleh orang yang tidak suka dengan Islam. Ia ditindih dan dicampuri pemaknaan baru dengan terorisme-radikalisme sehingga menimbulkan persoalan-persoalan misinterpretasi dan umat Muslim yang cinta penampilan sunnah seakan tersudut dan tersalahkan.
Penutup
Dalam kasus-kasus seperti ini, perlulah ditegakkan budaya tabayyun dan berfikir cerdas. Selain itu juga perlunya sikap adil dan bijak. Berlaku bagi designer dan masyarakat umum. Designer menghindari karya-karya yang akan membuat kontroversi dan netizen bersikap sopan, tidak mudah menilai dan berkomentar, agar tidak terjadi salah paham melulu. Mengingat juga kekurangan secara umum di era teknologi modern digital ini, banyak menimbulkan salah paham dan fitan gegara hal-hal sepele.
Maka, kita perlu mempelajari kepentingan-kepentingan dari perbedaan pemikiran yang memiliki simbol-simbolnya sendiri itu. Juga mempelajari betul konspirasi-konspirasi yang ada secara mendalam, sehingga tidak mudah berkomentar dan menilai orang lain secara subjektif. Ini tidak memberi solusi dan tidak membangun, namun justru nambah lebih rumit lagi. Di zaman digital ini, visualisasi adalah bagian hal yang mendominasi. Ia memicu munculnya beragam misinterpretasi yang sangat sulit kita prediksi. Wallahua'lam. []
Daru Nurdianna
Karanganyar, 11 Juni 2019.
________
Credit:
Logo sketch by @made.by.james | Brand Identity Pict by Alina Wheeler 'Designing Brand Identity, page 3.
Tumblr media
3 notes · View notes
molekulikan · 6 years ago
Text
Diluar Narasi Zine
Setelah menerbitkan Au Revoir 6, zine personal tahunan yang proses menunggunya memakan waktu sampai 4 tahun, 3 bulan layouting, dan 3 jam menunggu di tempat cetak, akhirnya saya memiliki waktu untuk membuat tulisan singkat tentang zine lagi.
Beberapa waktu lalu, saya membaca esai Alison Piepmeier berjudul Materiality and the Creation of Embodied Community yang juga dapat diartikan sebagai Materialitas dan Penciptaan akan Kekomunitasan yang Mewujud. Alison menganalisa obyek-obyek yang melekat seperti ukuran, tulisan tangan, karya kolase, hingga narasi yang membentuk sebuah zine. Bagi Alison, gabungan dari keseluruh materi tersebut menciptakan apa yang kita kemudian ketahui sebagai artefak sculptural dan visual yang mana adalah zine itu sendiri. Mendiang yang juga pernah menjabat sebagai profesor di Universitas Charleston ini pun membawa banyak zine untuk dibagikan di kelasnya dengan tujuan, agar mahasiswa-mahasiswanya mengalami physical encounters dengan zine. Sebab tidak seperti produk-produk arus utama yang telah termanufaktur, sentuhan pada material, dan dialog antara pembuat dan pembaca zine mampu memantik sebuah kekariban.  
“Zines instigate intimate, affectionate connections between their creators and reader, not just communities but embodied communities that are made possible by the materiality of the zine medium. My students have been inspired to become part of the zine community because of physical encounters with actual zine, not by reading anthologized zines. In a world where more and more of us spend all day at our computers, zines reconnect us to our bodies and to other human beings.”
Dalam dunia yang serba memberi kita beban seperti sekarang, zine juga seakan mampu menjadi ruang bagi ide-ide personal maupun kolektif yang progresif. Ia menawarkan ketidakharusan, sebuah wacana pemikiran yang apa adanya, dengan media yang bisa kita dapatkan dari sekeliling kita : kertas murahan, glitter, pulpen warna, sepidol yang kita beli di warung, penjilidan sederhana, dll. Zine keluar dari batasan-batasan teknologi dengan menjadi seorganik mungkin dan dengan mekanisme kerja yang sangat manual. Singkatnya, ia melawan sistem dengan menjadi jujur.
Materi dan obyek yang kita sisipkan pada zine juga turut membantu orang lain membaca apa yang nyata dari kita sebagai zine maker. Ia membentuk sejarah personal yang mewujud. Tak seperti metode pendekatan tekstual pada umumnya, visual dalam zine mampu melengkapi bagaimana kita ingin orang lain “merasakan” apa yang kita bicarakan. Seperti apa yang kritikus sastra, Moylan dan Stiles sampaikan dalam terbitan kajian budaya cetak mereka berjudul Reading Books,
“Clearly, when we read books, we really read books - that is, we read the physicality or materiality of the book as well as and in relation to the text itself. Literacy, then, may be said to include not only textual competence but material competence, and ability to read the semiotics of the concrete forms that embody, shape, and condition the meanings of texts. Bindings, paper, typeface, advertisements, scholarly introductions, promotional blurbs, - all function as parts of a semiotic system, parts of the total meaning of text.”
Proses zine making juga adalah proses menciptakan artefak kebudayaan. Artefak memunculkan scarcity atau kelangkaan. Maka dari itu, rasanya tak salah apabila kita menyebut zine sebagai karya seni berbasis kertas. Dan ya, tanpa menubuhkan gagasan dan kreativitas, kita tidak akan menjadi manusia yang “utuh”. Kita akan hilang dari masyarakat, sebab tidak akan ada yang menuliskan sejarah kita melainkan diri kita sendiri.
Terakhir, kita seringkali melupakan bahwa cakupan terbitan independen tidak terbatas pada narasinya saja. Seorang zine maker mampu menciptakan kemungkinan baru seperti menggunakan kertas yang disaat yang sama, publik lebih sering memakainya untuk wadah nasi bungkus. Atau kenyataan bahwa tipisnya kertas singkong adalah upaya untuk menggambarkan sense of vulnerability dari si pembuat zine. Esai Alison membantu kita memahami bahwa bentuk, bahan, dan simbol-simbol yang terdapat dalam zine adalah yang membuat pembaca memahami keseluruhan makna didalamnya.
Dan satu hal yang saya tahu, I freakin’ love it.
Catatan ini merupakan hasil diskusi dengan Budi Prakosa (Seniman / Programmer) dan Anggraeni Dwi Widhiasih (Pekerja Seni Budaya).
Annisa Rizkiana R. (Seniman / zine maker)
Tumblr media
2 notes · View notes
tonkiip · 3 years ago
Text
The journey back to me soul reflections volume i
Tumblr media
The journey back to me soul reflections volume i download#
Prices and availability subject to change without notice.
The journey back to me soul reflections volume i download#
Looking for one specific arrangement? Individual selections from this title are available for download at Poem For #15 (The Saga Of Harrison Crabfeathers) Once I Loved (Amor Em Paz) (Love In Peace) Nobody Knows You When You're Down And Out It Don't Mean A Thing (If It Ain't Got That Swing)Ī Man And A Woman (Un Homme Et Une Femme) If You Never Come To Me (Inutil Paisagem) I Wish I Knew How It Would Feel To Be Free The Girl From Ipanema (Garôta De Ipanema) Looking for a particular song? Check out the Real Book Songfinder here. and hundreds more! Editions also available in B-flat, E-flat, and Bass Clef.You won't even notice the difference, other than that all of the notorious errors have been fixed: the covers and typeface look the same, the song list is nearly identical, and the price for our edition is even cheaper than the original! Every conscientious musician will appreciate that these books are now produced accurately and ethically, benefitting the songwriters that we owe for some of the greatest tunes of all time! Includes 400 songs: All Blues Hal Leonard is very proud to present the first legitimate and legal editions of these books ever produced. The problem is that the books were illegally produced and distributed, without any regard to copyright law, or royalties paid to the composers who created these musical masterpieces. Since the 1970s, musicians have trusted these volumes to get them through every gig, night after night. The Real Books are the best-selling jazz books of all time.
Tumblr media
0 notes
sexualintimidationdemon · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Day 2 Reflections on: Full Circle AKA The Haunting of Julia (1977)
I knew from the first 5 seconds that I was going to like this movie. It checked all my favourite horror film boxes right away: spooky snyth heavy soundtrack, great opening title typeface, excellent feathery hair and beautiful, soft focus cinematography.
Mia Farrow and Keir Dullea play a husband and wife still at their peak-cheekbone.
There’s a menacing, malfunctioning heater in the film that has to be an homage to the HAL-9000 from 2001: A Space Odyssey (1968). It is a black rectangular shape with a single menacing red light in the middle of it. At one point Keir Dullea’s character is in distress in a bedroom full of antique furniture staring at the dark obelisk with its red eye glaring at him. This cannot be a coincidence. 
Mia Farrow plays an wealthy woman with no discernible form of employment who decorates a new home - which is very reminiscent of Rosemary’s Baby (1968). Although that film was made 9 years prior to this one she hardly looks as if she’s aged a day. 
The plot reminds me of elements of  The Changeling (1980) staring George C. Scott. In both movies the protagonists decide to seclude themselves in huge, spooky houses after the loss of a child. Very normal reaction. 
If you’re going to move into a creepy old house by yourself make sure to bring your freakiest bald clown doll to keep you company!
The costumes are excellent. Julia’s clothes in particular are exceptional. Grey turtleneck sweater underneath beige corduroy overalls? Oh yes. Thick knits? Hell ya. Taupe has never looked so radiant! 
This is less of a horror film and more of a ghost mystery.
In Britain if a stranger stabs your child’s pet turtle to death in a park the proper retort is “Piss off”.
Staircases are their own character in this movie.
There are a few too many dead ghost children in this story. At least 3.
15 minutes before the end of a film it’s probably a good idea for the protagonist to drive to Swansea, Wales. 
5 minutes before the end of the film 89 year old Cathleen Nesbitt gives a genuinely weird and inspired performance from out of nowhere as a purple haired senior in one of the quaintest psychiatric hospitals in all of cinema. 
Mia Farrow is a dramatic alien.
I had no idea how this movie was going to end. It was excellent. 
5 notes · View notes
happywebdesign · 2 years ago
Text
Tumblr media
Art&Graft
8 notes · View notes
presie · 6 years ago
Text
Tumblr media
TypeFace atau Font adalah salah satu hal yang penting bagi sebuah logo. Pemilihan Font atau TypeFace yang tepat dapat memberikan kesan dan ciri khas sendiri dari sebuah logo sehingga dapat dikenal oleh konsumen.
Brand-brand terkenal juga sering menggunakan TypeFace atau Font yang bisa kamu gunakan saat ini. Mau tau apa saja? Berikut ini adalah TypeFace dari 5 Brand terkenal di dunia.
1. Nike
Tulisan Nike yang terdapat di logo Nike tersebut ternyata menggunakan TypeFace bernama 'Futura'. Jenis yang dipakai adalah Futura PT Extrabold Oblique.
2. Microsoft
Tulisan Microsoft ini ternyata menggunakan TypeFace bernama Segoe Ui. Typeface ini juga sebenarnya sudah terdapat di OS Windows secara default.
3. Adobe
Tulisan Adobe yang terdapat di logo Adobe sendiri menggunakan TypeFace bernama Myriad. Font ini dirancang oleh Robert Slimbach, Carol Twombly, Fred Brady & Christopher Slye.
4. YouTube
YouTube ternyata menggunakan font bernama AlternateGothic di logo baru mereka.
5. Starbucks
Logo yang sering dijumpai di Mall ini ternyata menggunakan TypeFace bernama Freightsans. Jenis yang dipakai untuk logo tersebut adalah Freightsans Black.
#kamuharustau #indozonetech
➖➖➖
Nikmati juga serunya pengalaman baru menjelajahi Instagram hanya di @indozone.id guys 🙋
➖➖➖
#indonesia #indozone #jakarta #medan #surabaya #bandung #jogja #makassar #bali #aceh #papua #kalimantan #sulawesi #indovidgram #instagood #happy #follow #tech #Font #Typeface
0 notes
monochrome-monitor · 8 years ago
Note
What is your favorite coolest looking retro computer, if you have one, and why? C: Also I love your blog please keep up the good work!!
Commodore PET for sure! 
The PET 2001 can be considered the first all-in-one home computer and, under many aspects, the first commercially successful personal computer ever.It was based on a MOS 6502 processor (which also powered the Apple II), and equipped with a cassette recorder as mass memory device, a keyboard with 53 buttons, a 20-button numeric keypad, and a 9-inch monochrome CRT monitor (manufactured by Sony).The default RAM amounted to only 4 KB; yet, Commodore quickly released a version with 8 KB to improve the performances of the machine.
Indeed, many elements of this famous late-70s PC were somewhat inspired by A Space Odyssey‘s infamous thinking machine; from its evocative three-letter name, to the PET logo Microgramma typeface (the same used by Kubrick for HAL’s graphic interface), to the addition of the number 2001 which, apart from that reference, is totally senseless.Overall, the PET possibly manifests like no other machine the influence of the aesthetic of cinema on a computer design.
In my opinion, PET is still the most beautiful computer ever made! Until today! Aesthetically, the PET was a typical of the '70s, with the same angular forms of many other industrial products of the period, and its bright white case.
The PET is a sexy old flame!
And thanks, friend! 
22 notes · View notes
hafidhsyifa · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Maret sudah mau berakhir, dan akan berakhir pula kiriman desain poster2 yg kadang berfaedah kadang unfaedah ini. Tapi, semoga kita tetap bisa mengambil faedah meskipun pada suatu hal yg unfaedah sekalipun. Seperti yg diingatkan pak Yai minggu kemarin, "Robbana ma kholaqta hadza bathila, subhanaka faqina adza bannaar" ... "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka." QS Ali Imron Ayat 191 Terima kasih telah membersamai :) --- #markisain 28/30 #artChemist 49/365 #posterdesigns #colors #blend #montserrat #typography #typeface #march #pinterest
0 notes
indykana · 8 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media
b: a good person
Wulandari Anindya Kana - 1506730874
Gambar pertama adalah karya revisi dan gambar kedua adalah karya original.
Saya menggunakan huruf B serta titik dua dan bukan kata 'be' dikarenakan oleh alasan pribadi. Seseorang yang saya asosiasikan dengan huruf B ini sangatlah membuat saya termotivasi untuk menjalani hidup setiap harinya.
Dalam karya ini, saya memilih menggunakan gaya minimalis, simpel, dan modern dengan typeface Din yang berjenis sans serif dan warna biru serta gradasi merah muda-jingga. Tipografi 'b: a good person' tersebut digambarkan agar terdapat kesan bahwa tulisan itu mengelilingi dua sisi suatu kubus, tanpa harus menggambarkan bentuk kubus itu sendiri. Hal ini dilakukan untuk memberi kesan kuat dan terstruktur tetapi halus dalam penyampaiannya. Demikian pula dengan tiga bentuk persegi panjang di bawahnya yang menggambarkan sebuah 'pondasi' yang memiliki kesannya yang sama: kuat, terstruktur, dan tetap halus.
Warna biru dan gradasi pink-jingga digunakan untuk memberikan kesan kontras: maskulin dan feminin dalam waktu yang sama.
0 notes
ourhappymediums · 8 years ago
Text
Rainbow Radar Design
The Rainbow Radar Style Tile
Tumblr media
For the Rainbow Radar branding & identity, I’ve went with the full colour palette of the rainbow, creating 7 distinctive rainbow colours that I think work really well in the project.
The logo, a big bright circular rainbow, I think stands out really well as part of the Rainbow Radar identity and uses all the colours of the palette. The branding of the device, Rainbow Radar 9000, is inspired by the 2001: A Space Odyssey computer, HAL 9000.  
Tumblr media
The typography really brings this home by using the ‘HAL’ typeface by Kyle Robinson, which can be found at:
http://freetypography.com/2016/12/11/free-font-hal-typeface/
I’ve designed the buttons to have a slight skew-morphic design, adding 3D visuals to a 2D platform.
With the icons for the device, I decided on cute and cuddly, and went with illustrated weather icons that have their own personalities.  The main illustrated graphic for the application is ‘Terry’ the Unicorn, a clumsy, goofy looking unicorn that pops up now and again with alerts, tips and notifications.
0 notes
typediary · 8 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media
Designed by Hal Taylor in 2005 for International Typeface Corporation (ITC). 
The design was inspired by a Stetson Shoe Company logo from 1930. 
0 notes